Kamis, 26 November 2015

Rindu Tengah Malam



kebiasaan :)
Tengah malam itu biasanya muncul perasaan yang ganjil, entah itu rindu, atau apalah. tapi terkadang rindu itu muncul terhadap sesuatu yang belum pernah terjadi. pada tempat yang belum aku kunjungi. pada hal yang belum pernah aku jumpai.
seperti malam ini, tiba-tiba saja rasanya aku ingin pergi ke wilayah jawa timur, apapun kotanya asalkan jawa timur. dan kali ini rindu itu hadir lengkap dengan kendaraan yang aku gunakan kesana. kereta. aku ingin ke sana naik kereta. kereta itu adalah kendaraan yang sama sekali belum pernah aku naiki. terdengar aneh mungkin, hanya saja memang seperti itu adanya.
jadi malam ini cukup saja dulu aku bermimpi naik kereta ke jawa timur. untuk kemudian nantinya, mimpi ini akan menjadi nyata.aamiin..

Rabu, 12 Agustus 2015

Sejak Kapan?




21 Februari 2015

Sejak kapan?
sejak kapan aku menyukaimu? Menyukai warna-warni indahmu.
Bahagia ketika menyaksikan kamu tersenyum merekah menampakkan kecantikanmu pada semesta.
Sejak kapan aku ingin selalu menyentuhmu, memperhatikanmu dengan kedua mataku. Menghitung setiap kelopak pelindungmu,  mengusap halus daun mahkota yang penuh warna dan asyik memecah bulir embun  yang tergantung diujung organ  hijaumu. Aku memang tak sepenuhnya dapat menjagamu, bahkan aku tak sepenuhnya memahamimu.  Tapi bagiku ditanamkan rasa suka terhadap keindahanmu saja merupakan anugerah yang tak terkira.
Sejak kapan aku bersahabat dengan api? Sejak kapan pula aku selalu berharap bisa bekerjasama dalam urusan perut?
Bukankah dulu api memusuhiku? Atau memang aku saja yang diam-diam memusuhinya. Entahlah,. Yang jelas api pernah membuat mahkotaku hangus dan meninggalkan jejak luka sampai saat ini. Tapi tak tahu apa yang terjadi, rasanya aku mulai bisa berdamai dengan ingatan itu. Mencoba bersahabat, dan menjadikannya partner untuk membahagiakan orang-orang disekitarku. Yaaa tentu, dengan jasanya.. aku berharap bisa menghidangkan sesuatu diatas meja kecil itu. Aku memang tak ahli dalam memanfaatkan jasanya, tapi bagiku bisa bersahabat dan bekerjasama dengannya saja sudah merupakan hal yang luar biasa.
Sejak kapan pula aku suka dengan gaun macam Cinderella dalam dongeng? Bukankah dulu aku lebih suka gaya-gaya Sanae Nakazawa dalam serial  Captain Tsubasa?
Bukankah dulu aku selalu merasa risih dengan potongan kain yang menutup mata kaki lantas menjuntai menyapu jalan yang dilewati?  Entah,. Kemana perginya kain-kain yang dulu selalu menyisakan kulit cokelatku sehingga terlihat oleh mereka yang tak berhak. Kemana pula bandu-bandu lucu beraneka warna yang dulu setia menghias mahkotaku.    
Yaa meski saat ini aku belum mampu menutupnya secara sempurna, malah jauh sekali dari kata sempurna.  Namun bagiku diberi kesadaran dan di berikan kesempatan untuk mengenal kain-kain penutup itu saja, sudah cukup membuktikan bahwa Allah memang menyayangiku, menyayangiku sebagai seorang wanita.
Entahlah apa yang terjadi??
Entah sejak kapan hal-hal itu kian menjadi?
Mungkinkah sejak ia mengatakan bahwa aku seorang wanita? Yang kelak mau tidak mau, bisa tidak bisa aku harus mampu melakukan dan menerapkan semua itu dalam kehidupan. Ia kah yang menyadarkanku akan kewajiban seorang wanita yang tak ada tawar menawar didalamnya? Mungkin..
Selama ini aku memang tak pernah berfikir panjang, selalu memudahkan segala urusan. Menganggap semua harapan akan menjadi nyata dalam sekejap. Tak pernah melirik proses yang justeru akan lebih lama dilalui ketimbang hasil itu sendiri. Seenaknya mengatakan, bahwa aku akan menjadi wanita pekerja yang tentu akan mengabaikan tugasku sebagai seseorang yang disebut wanita.
Entahlah,.. aku tak tahu bagaimana jalanku kedepan. Hanya berharap kelak aku bisa menyempurnakan segala hal yang saat ini belum sempurna. J

Rabu, 27 Agustus 2014

Sosok Di Sore Hari



Oleh                : Imas Rismawati
Tanggal          : 26 Agustus 2014
Pukul              : 22:31

Haruskah aku menceritakannya?
Sebenarnya tak perlu, ini hanya mengenai bunga tidur di sore hari. Tapi tak mengapa lah, aku bukan ingin berbangga hati atau semacamnya. Aku hanya bermaksud unutk  mengingatnya selalu. Karena kemampuan ingatan ku amat sangat terbatas, dan rasanya aku tak mau begitu saja melupakan hinggga akhirnya aku beranggapan bahwa hal itu tak pernah terjadi.
Baiklah, aku akn mulai bercerita. Sore ini aku lagi-lagi beranjak dari keramaian. Mencari tempat yang tenang, meski sebenarnya tak benar-benar tenang. Tempatku saat ini memang tempat umum, tempat berkumpul para pencari ilmu akhirat. Entah perasaan apa yang saat itu melanda, rasanya aku ingin sendiri. Niat awalnya aku akan mengisi waktu kesendirian itu dengan menulis, karena banyak hal yang aku tunda untuk di tulis. Baru kutulis beberapa kata dalam kertas, mataku tiba-tiba tertuju pada handphone. Padahal tak ada pesan atau panggilan. Namun ketika ku lirik, aku malah tertarik untuk meraih ponsel itu. Ku buka pesan dalam kotak masuk, ku coba lihat pesan-pesanku di saat-saat yang lalu, dan bibir ternyata tak kuasa menahan rekahan senyum. Tersenyum entah karena isi pesannya, atau karena sosok yang mengirim pesannya. Tanpa sadar aku melupakan bolpoin yang awalnya ku genggam erat. Jemariku lebih asyik memainkan keypad ponsel. Entah apa yang terjadi selanjutnya, entah aku mengkhayal, atau terhanyut dalam arus kerinduan. Yang kurasa aku tak lagi dalam ragaku, melayang hingga ku di pertemukan dengan sosok yang sempat melintas dalam benakku sore itu. Kamu datang ke mimpiku. Kamu mengunjungi tempat studiku saat ini, bertanya keadaan ku dan memintaku untuk menemanimu berkeliling di tempatku menuntut ilmu. Ah, betapa bahagianya aku. Bertemu sosok yang selama ini aku rindukan.
 Hingga akhirnya angin sore membelaiku, memaksaku untuk segera terjaga dari mimpi yang hanya sekejap itu. Ya, benar-benar sekejap.
Aku kembali tersenyum ketika membuka mata dan mengatakan “ternyata hanya mimpi”. Mimpi yang mampu mengobati rasa rinduku terhadapnya. Terhadap sosok yang tak dapat lagi aku temui di dunia nyata. Karena jarak yang memaksa.
Aku tak tahu ya Rabb, apakah ini caramu mempertemukanku dengannya, atau ini hanya hasutan setan agar aku selalu mengingatnya dan melupakan tujuan awal kehidupanku?. Bimbing aku selalu ya Rabb. Jangan sampai rindu terhadapnya mengalahkan rinduku terhadap Mu dan Rasul Mu. Aku tahu sesungguhnya aku tak layak mengucapkan kata seperti ini, aku tak pantas berucap demikian. Tapi aku janji ya Rabb, semua ini hanya Engkau yang tahu, hanya Engkau yang mengenali sosok yang terwujud dalam mimpiku sore ini. Aku akan merindu dalam diam, aku akan mengagumi dalam hening. Aku akan berusaha menjadikan dia sebagai sosok yang kelak mendapat  pengabdian dariku.
Ya rabb,. Jaga hatinya dan hatiku J